Saturday, May 8, 2010

JAUH DI MATA, DEKAT DI HATI

HARI MINGGU PASKAH VI Kis 14:1-2, 22-29 Wahyu 21:10-14, 22-23 Yoh 14:23-29

Dulu belum ada email dan SMS, jadi orang pakai cara berkomunikasi yang paling biasa, yakni dengan surat-menyurat. Ada seorang pemuda yang terpaksa meninggalkan kekasihnya karena dia mendapat tugas di tempat yang jauh. Tetapi sebelum berpisah, mereka sempat saling berjanji bahwa akan tetap berhubungan dan berkomunikasi melalui surat. Dan itulah yang mereka lakukan dengan setia. Jadi hampir tiap minggu tukang pos datang ke rumah gadis itu mengantarkan surat dari sang kekasih. Satu tahun, dua tahun, tiga tahun... waktu berjalan begitu cepat, dan lama-kelamaan suatu relasi baru berkembang di antara gadis dan tukang pos yang dia sering ketemu, sedangkan makin menjadi “dingin” relasinya dengan kekasih yang jauh dan tak kelihatan. Pasti kamu bisa tebak sendiri akhirnya si gadis itu menikah dengan siapa! Memang “pacaran-jarak-jauh” selalu ada resiko menjadi jauh di mata... maka jauh di hati.

Satu hal yang kita tahu dari pengalaman adalah kita ingin selalu bersama dengan orang yang kita cintai. Masalahnya, kita tidak melihat atau menjamah Yesus secara fisik. Ini sama dengan masalah “pacaran-jarak-jauh.” Bagaimana caranya kita mencintai Yesus yang tak kelihatan? Di dalam Injil, Yesus mempersiapkan murid-murid-Nya, mereka yang mengasihi-Nya, untuk kepergian-Nya dari dunia ini dan menunjukkan kepada mereka bagaimana mereka bisa mempertahankan Cinta dan Keakraban mereka itu walaupun secara fisik Dia sudah tidak ada, Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia (Yoh 14:23).

Jadi jika kamu mencintai Yesus, (1) Turutilah Firman-Nya. Taatilah ajaran-ajaran-Nya. (2) Ini akan “meng-aktifkan” Cintakasih Tuhan untuk kamu, dan (3) Yesus dan Bapa-Nya akan datang kepadamu dan tinggal bersama dengan kamu! Maka vakum yang disebabkan oleh ketidak-adaan Yesus akan diisi secara rohani yang adalah nyata juga, bahkan lebih dahsyat lagi daripada kehadiran-Nya secara fisik!

Istilah yang Yesus pakai, yaitu “mereka yang mengasihi Aku” itu bermaksud pengikut-pengikut-Nya, dengan kata lain, “murid-murid-Ku,” “mereka yang percaya pada-Ku” atau secara langsung “orang Kristiani.” Relasi di antara Yesus dan pengikut-pengikut-Nya pada intinya adalah relasi cinta kasih. Oleh karena itu, Yesus berkata, Aku tidak menyebut kamu lagi hamba... Aku menyebut kamu sahabat (Yoh 15:15). Tapi kadang-kadang sepertinya kita merasa lebih nyaman berhubungan dengan-Nya sebagai ”Boss” daripada sebagai Sahabat! Sebab ada batas dengan apa yang seorang Boss itu dapat menuntut dari kita. Sedangkan keterbatasan seperti itu tidak ada lagi di dalam persahabatan yang sejati.

Dengan menjalin persahabatan dan relasi yang begitu akrab dengan Yesus, berdasarkan ketaatan kita kepada Firman-Nya, Dia sungguh menjadi jauh di mata tapi dekat di hati, bahkan diam bersama-sama dengan kita. (Romo Noel SDB)

No comments:

Post a Comment