Sunday, October 10, 2010

TERIMA KASIH

MINGGU BIASA KE-XXVIII TH.C 2 Kings 5:14-17 2 Timothy 2:8-13 Luke 17:11-19

Ada seorang yang datang ke restoran. Waktu dia sudah duduk, seorang mendekatinya dan mohon izin kalau dia bisa duduk di meja yang sama, karena tempat lumayan penuh. Sebelum orang yang tadi itu menyantap makanannya, dia bertanda-salib dan berdoa seperti yang sudah menjadi kebiasaannya. Setelah itu orang yang baru datang tadi bertanya, “Kamu sakit kepala?” “Oh tidak,” sahutnya. Orang itu bertanya lagi, “Ada masalah dengan makanan?” Dia menjawab, “Tidak, saya hanya mau bersyukur kepada Tuhan sebelum makan.” “Oh gitu,” jawab orang itu, “kalau saya sih ngga merasa harus begitu. Saya yang setengah mati bekerja keras untuk mendapatkan harta saya, dan saya tidak merasa harus berterima kasih kepada siapapun kalau saya mau makan! Ya saya langsung makan aja!” Dia pun kaget mendapat jawaban, “Oh kamu seperti anjing piaraan saya. Sikapnya persis sama seperti itu!”

Sepertinya banyak orang sikapnya persis seperti seekor anjing. Orang-orang seperti itu menganggap segala hasil yang mereka dapatkan dari kerja kerasnya itu adalah hak mereka, maka mereka merasa tidak harus berterima kasih kepada siapapun, termasuk Tuhan! Mereka lupa bahwa segala yang baik yang datang kepada kita itu semuanya adalah berkat kebaikan Tuhan! Pikirkanlah saja. Apakah yang telah seorang lakukan agar layak dilahirkan hidup, sementara ada yang dilahirkan mati atau digugurkan? Apakah yang telah kita lakukan untuk mendapatkan orang tua yang baik sedangkan ada yang tidak pernah mengenal orang tuanya? Apakah yang telah kita lakukan sehingga kita dilahirkan normal, sementara kita tahu ada yang dilahirkan cacat, tanpa tangan, tanpa kaki, buta, bisu dan sebagainya? Mungkinkah kita bisa membeli bakat dan talenta, kecerdasan dan kepintaran yang telah kita terima dari Tuhan? Betapa sering kita mengabaikan kebaikan Tuhan! Kita telah menjadi begitu biasa sering menerima berkat Tuhan sehingga kita lupa bersyukur dan berterima kasih!

Di dalam Injil, Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta. Hanya satu yang kembali untuk berterima kasih. Yang sembilan lain pada kemana? Saya mau berkhayal mereka itu omong apa sambil berjalan:
“Sebaiknya kita tunggu dulu dan pastikan penyembuhan ini beneran atau hanya sementara.”
“Masih banyak kesempatan nanti koq untuk ketemu Yesus lagi.”
“Tahu ngga, jangan-jangan itu sebenarnya bukan penyakit kusta loh.”
“Saya sih ngga pernah ragukan bahwa suatu saat kita pasti sembuh!”
“Tuh kan apa yang sudah saya katakan, yang penting pikir positif lah, pasti sembuh!”
“Yesus itu sebenarnya tidak berbuat apa-apa yang istimewa kan? Yang lain pasti bisa juga!”
“Nah kita sudah ok nih, apakah kita masih butuh Dia?”
“Kata Yesus kan kita harus pergi ke imam, hayo kita kesitu dulu baru kita kembali kepada-Nya.”
“Wah sudah sembuh nih! Berpesta yuk! Yang penting hepi!”


Ternyata dasar dari sikap tidak tahu berterima kasih itu adalah kesombongan dan egoisme. Saking kita mengandalkan diri sendiri sehingga kita tidak merasa lagi perlu uluran tangan siapapun, baik sesama manusia maupun Tuhan! Dalam pengalaman Yesus, dari sepuluh orang yang memperoleh penyembuhan, hanya satu orang yang kembali berterima kasih. Hanya sepuluh persen! Sesungguhnya di dunia ini ada dua macam orang, yang tahu berterima kasih dan yang tidak tahu. Kamu termasuk yang mana?
(Romo Noel SDB)

Monday, October 4, 2010

austraLasia #2725

25 years in Indonesia, celebrated with Mass, Music and an Autobiography

JAKARTA: 4 October 2010 -- ITM Indonesia closed its 25th year celebrations with a three-fold event. A solemn Mass to thank God for 25 fruitful years, a book to record a majority of those years and a musical drama to sing of the possibilities to come.
Although the visit of the Rector Major to Jakarta was the main event to mark the 25 years of the Salesians in Indonesia, There were other events awaiting.
October 1: a musical drama was presented by the youth of the St John Bosco parish in Jakarta, accompanied by the Parish Youth Orchestra. The 50 boys and girls sang and danced short anecdotes in the lives of Don Bosco, Dominic Savio and Michael Magone. It was presented in the Indonesian Language with the title: "Untuk Mu Segalanya" (Everything For You).
October 2: Saturday was the peak of the festivities with a solemn Mass celebrated by Fr Jose Carbonell, SDB and homily preached by the Superior of the Vice Province, Fr Joao Aparicio Guterres, SDB. All the five communities (Sunter, Tigaraksa, Sumba, Surabaya and Blitar) were represented and they participated in the launching of the autobiography of Fr Carbonell, depicting the 25 years of Salesian pioneering work in Indonesia. This book in the Indonesian language, was compiled by Mr. Laurence Suryanata, a Salesian Cooperator.