Saturday, June 25, 2011

MAKIN LAPAR MAKIN LEZAT MAKANANNYA

Hari ini kita merayakan Pesta Corpus Christi – Tubuh dan Darah Kristus yang Mahakudus. Di dalam Injil, Yesus berkata, “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya...” (Yoh 6:51). Santo Paulus mengingatkan kita bahwa roti yang kita bagikan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus sedangkan piala yang kita bagikan adalah persekutuan dengan darah Kristus (I Kor 10:16). Kita percaya bahwa Ekaristi itu adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Kristus. Tetapi kenapa ya, sepertinya kita menganggap Misa itu biasa-biasa saja? Sepertinya, bagi banyak umat, Ekaristi itu bukan hal besar! Tahukah saudara bahwa Paus Benediktus XVI menghimbau umat yang menyambut Komuni di Misa yang beliau rayakan supaya berlutut dan menerima hosti kudus di lidah? Waktu seorang wartawan bertanya kepada beliau mengapa demikian, Sri Paus menjawab,

"Saya tidak menentang pada prinsipnya menyambut Komuni di tangan, saya juga pernah menerima dan menerimakan Komuni kudus dengan cara itu sendiri. Ide di balik himbauan saya meminta orang berlutut sambil menerima Komuni di lidah adalah untuk mengirim sinyal dan untuk menggarisbawahi Kehadiran yang Nyata dengan tanda seru! Salah satu alasan penting adalah bahwa ada bahaya besar kedangkalan persis di dalam perayaan-perayaan besar yang kita adakan di Santo Petrus, baik di Basilika maupun di Plaza. Aku telah mendengar orang-orang yang setelah menerima Komuni, menyimpan Hosti di dompet mereka untuk dibawa pulang sebagai semacam suvenir! Dalam konteks ini juga, di mana orang dapat berpikir bahwa setiap orang secara otomatis harus menerima Komuni – jadi orang lain maju, saya juga ikut maju - aku ingin mengirim sinyal yang jelas. Aku ingin itu menjadi sungguh jelas: Sesuatu yang sangat istimewa sedang terjadi di sini! Dia ada disini, Seorang yang patut kita sembah dan di hadapan-Nya kita harus berlutut. Perhatikan! Ini bukan sekedar suatu ritual sosial di mana kita dapat mengambil bagian semaunya kita."

Nah, saya tidak akan meminta kalian untuk berlutut dan menyambut Komuni di lidah. Di Keuskupan Surabaya, kebiasaan kita adalah menyambut Komuni sambil berdiri dan umat bebas menerima Hosti di lidah atau di tangan. Namun ada beberapa hal ini yang saya kira bisa membantu kita memperdalam kekaguman dan hormat kita terhadap Ekaristi.

Yang pertama adalah kita berusaha menambahkan kehausan dan kelaparan kita akan santapan rohani. Di dalam Bacaan Pertama kita mendengar bagaimana umat Israel mengalami kelaparan... Tuhan Allah membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna (Ul. 8:3), maksudnya, “manna” itu makanan yang sangat sederhana tetapi pada saat itu, saking laparnya umat Israel sehingga makanan itu menjadi sangat lezat! Sebaliknya, apabila seorang membuat dirinya kenyang dengan cemilan dan “junk-food,” makanan dari pesta besar pun sudah tidak menarik baginya. Hal yang sama terjadi dalam Ekaristi. Apabila seorang memenuhi diri terus dengan “junk-food” rohani (TV, internet, facebook, twitter, MTV dan berbagai hiburan lain), lama-kelamaan Misa itu makin tidak menarik lagi. Kita harus berani “berpuasa” dalam hal-hal seperti itu dan meluangkan beberapa waktu untuk keheningan, baru kita akan menikmati Ekaristi.

Cara yang kedua untuk menambahkan kelaparan kita akan Ekaristi adalah berusaha untuk mengembalikan kesadaran yang mendalam akan Kehadiran yang Nyata Yesus Kristus di dalam Ekaristi. “Inilah Tubuh-Ku... Inilah piala Darah-Ku!” Bukan lambang! Bukan simbol! Dari awal, inilah kepercayaan dan iman kita. Sejarah penuh dengan kesaksian-kesaksian dan kisah mukjizat-mukjizat Ekaristi yang Tuhan mengizinkan terjadi supaya mengingatkan manusia terus akan Kehadiran-Nya yang Nyata. Satu contoh yang terjadi di Sienna, Itali pada tahun 1730, bagaimana hosti-hosti yang sudah dikonsekrasikan itu tidak pernah berubah selama 250 tahun, dan sampai sekarang. Pada tahun 1171 di Ferrara, juga Itali, dimana Darah dari hosti yang sedang dibagi itu muncrat dan “menodai” bagian atas altar, dan sampai sekarang umat dapat melihat “noda-noda” itu dan menyembah Darah Mahakudus! Mungkin mukjizat yang terkenal, di Lanciano, Itali, pada abad ke-VIII, bagaimana Hosti yang dikonsekrasikan seorang imam itu sungguh-sungguh berubah menjadi Daging dan Darah Manusia, dan sampai sekarang para peziarah dapat melihatnya! Atau yang belum lama ini pada tahun 2001 di Chirattakonam, India, dimana gambar wajah Yesus tiba-tiba nampak di Hosti kudus yang dipakai untuk adorasi. Mungkin lebih baik saudara-saudara sendiri yang mencarinya di internet, coba klik “Eucharistic Miracles” (mukjizat-mukjizat Ekaristi), dan betapa iman kita diteguhkan sambil membaca kisah-kisah itu yang sungguh menunjukkan Kehadiran yang Nyata Yesus Kristus di dalam Ekaristi.

Yang ketiga adalah sikap kita persis sebelum menyambut Komuni Kudus. Saat “Anak Domba Allah” sudah mulai dinyanyikan atau diucapkan, berusahalah untuk sungguh sadarkan diri bahwa “inilah saatnya, Yesus Kristus, Tuhan dan Allah, akan masuk ke dalam hatiku.” Sambil orang yang di depan kamu menyambut Hosti, tunduklah kepalamu sebagai tanda hormat dan penyembahan kepada Sakramen Mahakudus. Kemudian jawablah dengan jelas “Amin” saat imam atau prodiakon mengangkat Hosti kudus itu di depan kamu sambil berkata, “Tubuh Kristus.”

Ekaristi adalah Tubuh dan Darah Yesus Kristus. Kita dapat menambah kelaparan dan kerinduan kita akan Ekaristi dengan 1) menghindari hal-hal yang tidak sungguh penting dan meluangkan waktu untuk keheningan, 2) menyadarkan diri akan Kehadiran yang Nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi dan 3) memperhatikan sikap kita saat menyambut Komuni Kudus. Sesungguhnya hanyalah Yesus di dalam Ekaristi yang dapat memuaskan kelaparan kita yang paling dalam.