Sunday, May 2, 2010

HUKUM CINTA KASIH

MINGGU PASKAH V Kis 14:21-27 Wahyu 21:1-5a Yoh 13:31-33a, 43-35

Seorang pastor selalu menjawab pertanyaan mengenai “ongkos” pernikahan di gerejanya dengan mengatakan, “Itu tergantung cantik atau jeleknya calon isteri kamu!” Jadi apabila calon pengantin datang untuk bertanya-tanya atau mencari informasi, dan biasanya calon mempelai pria yang suka bertanya duluan, “Romo, boleh tanya, kalau di gereja Romo ini tarif pernikahannya berapa ya?” Si pastor akan langsung menjawab, “Itu tergantung cantik atau jeleknya calon isteri kamu.” Tentu saja karena tiap laki-laki yang datang menganggap pasangannya paling cantik, maka mereka selalu bersedia membayar tarif yang tinggi-tinggi! Ada yang satu juta, ada yang lima juta, bahkan ada yang sepuluh juta. Hal ini sudah menjadi suatu kebiasaan sampai pada suatu saat, ada seorang pria yang bertanya masalah biaya pernikahan tersebut. Seperti biasa si pastor menjawab, “Itu tergantung cantik atau jeleknya calon isteri kamu.” Setelah diam beberapa saat, pria yang datang ke kantor itu sendirian menyerahkan goban kepada si pastor. Sambil berusaha untuk menyembunyikan kekagetannya dari pria tadi, si pastor mengintip dari jendela ingin melihat calon isterinya yang sedang menunggu di luar itu seperti apa. Kemudian ia mengambil sesuatu dari lacinya dan memberikan noban kepada pria itu sambil berkata, “Ini, uang kembali kamu.”

Bagi kita penampilan fisik seringkali masih sangat menentukan cara kita “mencintai” atau “mengasihi.” Untung tidak demikian dengan Tuhan... sama sekali tidak. Tuhan memandang kita, dan Dia menganggap kita indah. Dia menerima kita apa adanya. Dia tidak peduli bagaimana penampilan fisik kita. Dia lebih mementingkan bagaimana kita di dalam, manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati (I Samuel 16:7). Tuhan ingin supaya kita mempunyai hati yang seperti hati-Nya... hati yang sanggup menaruh kasih kepada setiap orang, tanpa terkecuali.

Kita tidak harus menyukai semua orang, tetapi sebagai pengikut Kristus, kita diwajibkan untuk mengasihi satu sama lain seperti Dia mengasihi kita (Yoh 15:12). Jika seandainya kita bertanya apa hak-Nya untuk memerintahkan kita seperti itu, Yesus bisa menjawab, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya... dan Aku telah melakukannya.” Yesus memberi kita suatu perintah yang Dia Sendiri yang pertama melakukannya!

Apakah itu sesuatu yang gampang bagi Yesus? Maybe Yes... maybe No. Kita tidak tahu. Tapi sebagai sungguh Allah, kapasitas-Nya untuk mengasihi itu tak terbatas! Sedangkan kita ini, yang kita sebut “cinta” atau “kasih” itu belum tentu persis sama dengan Cinta Kasih yang diajarkan Yesus. Bagaimana caranya menanggapi serta melakukan perintah Cinta Kasih Yesus itu? Kita harus menerima Yesus dan mengizinkan-Nya mengasihi yang lain melalui diri kita. Itulah yang dimaksud “menaruh cinta kasih kepada sesama.” Hanya cara itulah yang memungkinkan agar orang yang dianggap paling tak pantas disayangi pun dapat menjadi orang yang mendatangkan kesayangan dan kasih! Dari “unlovable” menjadi “lovable.”
(Romo Noel SDB)

No comments:

Post a Comment