Friday, November 18, 2011

XL VERSUS SIMPATI

Saya mendapatkan cerita ini dari internet. Katanya kisah ini dari sebuah Universitas di Jakarta tentang seorang gadis yang baru meninggal bulan lalu. Namanya Samara. Dia meninggal karena tertabrak truk. Samara punya seorang pacar namanya Ari. Keduanya saling menyayangi. Mereka selalu berteleponan. Kamu tidak akan pernah melihat Samara tanpa handphone nya. Sampai-sampai dia mengganti kartu XL-nya ke Simpati, agar mereka berdua berada di network yang sama dan mengirit pulsa serta selalu dapat signal yang kuat. Sebelum dia meninggal dia pernah beberapa kali berkata pada teman-temannya, ”Kalo gua meninggal tolong kuburkan gua sama handphone gua ya!” Dia juga sering mengatakan hal yang sama kepada orangtuanya.

Pada saat Samara meninggal tidak ada yang dapat mengangkat peti matinya. Banyak orang yang mencoba tapi tetap tidak bisa. Akhirnya mereka memanggil 'orang pintar'. Setelah beberapa menit melakukan ritualnya, orang pintar itu berkata, “Gadis ini kehilangan sesuatu disini.” Lalu teman-teman Samara berkata kepada orang pintar itu tentang keinginannya untuk dikubur dengan hapenya. Kemudian mereka membuka kembali peti matinya dan menaruh handphone yang masih ada sim-cardnya disitu. Setelah itu peti mati dapat diangkat dan dipindahkan ke mobil jenazah dengan mudah.

Keluarga Samara belum memberitahukan tentang kematian Samara kepada Ari. Setelah dua hari kematian Samara, Ari menelepon mama Samara dan berkata “Tante, saya akan pulang hari ini, tolong buatkan masakan yang enak untukku ya. Dan jangan katakan pada Samara bahwa aku akan datang, aku ingin membuat kejutan untuknya.” Mama Samara menjawab, “Datanglah dahulu, tante ingin memberi tahu sesuatu.” Setelah Ari datang, mereka memberitahukan tentang kematian Samara. Ari mengira mereka sedang bercanda, dia hanya tertawa dan berkata, “Jangan bercanda, bilang pada Samara untuk keluar, aku membawa sesuatu untuknya.” Akhirnya mereka membawa Ari ke kuburan Samara. Lalu Ari berkata, “Ini tidak mungkin. Kami baru ngobrol-ngobrol kemarin. Dia masih tetap menelepon.” Ari sangat terkejut. Tiba-tiba handphonenya berbunyi, “Lihat ini dari Samara, lihat ini...” Ari memperlihatkan hapenya ke keluarga Samara, dan mereka menyuruh Ari untuk menjawab. Ari menjawab telepon itu dengan memakai loudspeaker. Mereka semua mendengar pembicaraan itu dengan sangat jelas dan jernih, tidak ada gangguan apapun. Dan itu benar-benar suara Samara dan sangat tidak mungkin ada orang lain yang memakainya sebab sim-cardnya sudah dikubur bersamanya!

Mereka semua sangat terkejut dan memanggil 'orang pintar' untuk membantu mereka lagi. 'Orang pintar' itu membawa temannya untuk mencari jawaban atas keanehan ini, dan setelah bekerja selama lima jam, mereka menemukan jawabannya...

Simpati... memang jangkauan terluas dan kualitas terbaik!

Jika kamu merasa tertipu dengan ceritera ini, tenang saja, saya juga pernah mengalaminya! Jadi kita di dalam perahu yang sama. Tapi tujuan saya menceritakan lagi kisah ini bukanlah untuk mencari teman-teman yang sama-sama “dikerjain.” Kita masih di dalam suasana memperingati dan mendoakan sanak-keluarga kita yang sudah meninggal dunia. Di dalam Injil Matius 22:23-33, Yesus mempunyai ajaran yang cukup menarik tentang hidup kita nanti di surga. Waktu Dia ditanya orang-orang Saduki tentang bagaimana kelanjutan hidup seorang wanita yang pernah dinikahi tujuh pria yang bersaudara karena satu demi satu meninggal tanpa memberi keturunan, dan itu pun sesuai dengan perintah Musa, Yesus menjawab bahwa pertanyaan mereka itu konyol dan sungguh keliru. Kenapa? Sebab hidup di surga itu tidak bisa disamakan dengan hidup kita di dunia ini! Jawab Yesus kepada mereka: Kamu sesat, justru karena kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah. Sebab apabila orang bangkit dari antara orang mati, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di surga.

Sebenarnya Yesus tidak mengatakan bahwa di dalam Kerajaan Allah nanti, orang tidak akan lagi mengenal pasangannya! Maksud-Nya adalah surga itu bukan sekedar kelanjutan kehidupan kita di dunia. Sekarang hubungan kita dengan satu sama lain itu dibatasi oleh waktu, hukum dan peraturan-peraturan manusiawi dan akhirnya kematian. Namun di dalam Kerajaan-Nya, tak ada batas lagi, dan hanya satu hal yang menjadi paling utama... Cinta. “Cinta abadi tak akan pernah mati,” kata sebuah lagu. Cinta sejati itulah yang menyempurnakan segalanya, baik hubungan orang-orang yang sudah menikmati hidup yang kekal maupun kita yang masih berziarah di dunia ini. Sesungguhnya Cinta sejati itulah yang membuat kita tetap bisa berhubungan dengan mereka yang sudah pergi duluan... dengan “signal” yang lebih baik daripada XL dan “jaringan” yang lebih luas daripada Simpati!

Tuesday, October 25, 2011

AWAS, IRI-HATI

Bayangkan di suatu gang ada deretan empat rumah. Salah satu rumah adalah milik kamu. Rumah kamu tersebut berharga 500 juta; rumah-rumah yang lain, yang satu berharga 250 juta, yang satu lagi 400 juta dan yang satu lagi 300 juta. Pada suatu hari ada seorang yang menelpon kamu dengan tawaran yang luarbiasa: dia berniat untuk membeli rumah kamu dengan harga 1M! Kamu tidak butuh waktu panjang untuk mengambil keputusan. Pada saat itu juga, kalian membuat “deal” dan transaksi ditutup. Kamu senang luarbiasa! Namun pada hari kemudian kamu mendengar suatu berita yang mengejutkan. Orang yang sama itu telah membeli juga tiga rumah tetangga kamu. Dan inilah yang menjengkelkan... dia telah membeli tiga rumah tersebut dengan harga yang sama, masing-masing 1M! Bagaimana perasaan kamu? Barangkali sama dengan apa yang dirasakan pekerja-pekerja di dalam perumpamaan Yesus di dalam Injil kita pada hari Minggu ini... “Ini tidak adil. Curang!” Padahal jika seandainya kamu coba menghubungi orang itu yang membeli rumah-rumah dan memprotes kepadanya, paling dia akan berkata kepada kamu: “Emangnya apa urusanmu?! Aku orang yang murah-hati dan aku ingin membayar 1M untuk tiap rumah itu!”

Satu sikap yang kita harus selalu waspadai adalah sikap iri-hati. Apalagi kalau kita merasa dirugikan karena kecurangan! Mungkin menurut kita, tingkah orang yang membeli rumah-rumah itu atau si pemilik kebun anggur sama sekali tidak adil. Tapi itu menurut kita. Bukan menurut pikiran Tuhan! Seperti yang kita dengar di dalam Bacaan Pertama: Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yes 55:8-9). Jadi daripada ngiri, yang Tuhan ingin dari kita adalah mensyukuri segala pemberian-Nya. Jangan pusing mikirin tetangga kamu yang lebih kaya, atau teman kelas kamu yang lebih pinter, atau sahabat kamu yang lebih cantik, atau adik kamu yang lebih berbakat.... Lihatlah dirimu sendiri dan sadarilah bahwa Tuhan telah mengaruniakan kepada kamu sesuatu yang orang lain tidak punya. Kamu tidak rugi. Kamu tidak dicurangi. Bersyukurlah. Peliharalah dan kembangkanlah talenta yang telah kamu terima. Dan yang paling penting, pakailah semua karuniamu itu untuk menolong sesama.

Sunday, October 23, 2011

KASIH YANG SATU DAN SAMA

Pemuda yang datang ke kantorku sopan dan berpakaian rapi. Aku pun menyambutnya dengan ramah dan setelah menyalaminya seperti halnya dengan tamu-tamu lain, kami mulai ngobrol-ngobrol. Dan pada saat itulah dia mengatakan sesuatu yang membuat aku seolah-olah kesetrum. “Pastur,” katanya, “aku baru saja dapat hasil tes darah dan saya ini terinfeksi virus HIV. Saya tidak sanggup berobat di Jakarta. Saya ingin pulang kembali saja ke kampung halaman saya. Paling tidak disana masih ada keluarga yang bisa memperhatikan saya apapun yang terjadi nanti. Hanya aku mau minta bantuan pastur untuk ongkos transportasi….” Aku tidak tunggu lagi untuk akhir pembicaraannya. Aku begitu ingin keluar pada saat itu juga untuk segera membasuh tanganku dengan sabun dan antiseptik! Sikapku yang ramah tadi sekejap berubah menjadi dingin… bahkan tidak sabar lagi melihat dia keluar… mengapa dia masih disini berdiri di depanku! Aku mengambil uang yang aku kira cukup untuk pulangnya dan aku memberikan kepadanya dengan sangat hati-hati… jangan sampai tanganku kesentuh tangannya! Beberapa saat setelah dia pergi, betapa aku sangat menyesal atas sikapku yang angkuh dan sombong. Aku pergi ke kapel dan meminta maaf dari Tuhan….

Pengalamanku itu adalah suatu contoh yang menggambarkan bagaimana begitu mudah bagi kita untuk mengimani kehadiran Kristus di dalam Ekaristi, tetapi sekaligus mengabaikan kehadiran-Nya di dalam sesama yang paling hina dan menderita. Mengapa demikian? Sebab Roti yang telah menjadi Tubuh Kristus itu sama sekali bukan ancaman bagi kita, dan Diapun tidak mengganggu atau menyakiti kita. Ekaristi itu tidak mempunyai bau yang ngga enak. Roti yang Suci itu tak pernah menghina kita, melawan kita ataupun menyusahi kita. Namun sesama kita itu bukanlah orang-orang yang sempurna, apalagi santo-santa! Sesama kita yang mengemis di lampu-merah itu kotor dan berbau ngga enak; jika kita melihat mereka mendekat, kita langsung mengunci kendaraan karena kita menganggap mereka “ancaman!” Kadang-kadang sesama kita mengatakan hal-hal yang menyinggung perasaan kita; mereka melawan perintah kita; mereka cuek dan tidak tahu berterima kasih; mereka memanfaatkan dan memperalatkan kita!

Ternyata kekeliruan kaum Farisi masih ada di antara kita sampai sekarang. Kita masih suka memisahkan cinta kasih kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama. Kita mengaku bahwa kita mengasihi Tuhan, tetapi kita begitu mudah menindas dan menekan sesama ato gagal memperhatikan sesama yang dalam kesulitan! Padahal ajaran Yesus itu sangat jelas dan sederhana: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 22:37-40). Cinta kasih kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama adalah satu dan sama.

Wednesday, October 5, 2011

Matius 20:1-16

Bayangkan bahwa kita meninggal dunia dan kita masuk surga – disitu kita sedang mengurus taman bunga di depan rumah kita di Jalan Raya Hidup Kekal dan tiba-tiba kita melihat di seberang jalan Pak Batibot, yang terkenal tak pernah ke gereja, punya beberapa isteri muda dan wanita simpanan, tukang korupsi dan kolusi dan tak pernah membayar pajak sampai dia mengalami serangan jantung untuk kedua kalinya dan dia bertobat dan kembali ke jalan yang benar namun hanya untuk sekitar setahun saja, dia meninggal setelah serangan jantung yang ketiga kalinya. Kemudian kita berpikir di dalam hati kita, “Astaga,” (kan di surga ngga boleh bicara tidak sopan) “bagaimana mungkin dia itu bisa dapat rumah disini persis di jalan yang sama dengan saya? Aku kan ke gereja tiap minggu bahkan pada hari biasa juga. Aku selalu taat kepada Sepuluh Perintah Allah yang aku hafal sejak Komuni Pertamaku. Aku tak pernah menipu isteri dan keluargaku seumur hidupku. Bagaimana mungkin dia ada disini bersama dengan aku? Apakah yang aku dapat dengan menjadi patuh dan setia terus?” Jawaban pada pertanyaan ini tercantum secara cerdik di dalam perumpamaan Yesus tadi. Yang kita dapat ialah sukacita dan kebanggaan bahwa KITA DAPAT PERGI DAN BEKERJA DI KEBUN ANGGUR PAGI-PAGI! Inilah anugerah yang mengagumkan – Bonus besar! Karena bisa datang ke Kebun Anggur pagi-pagi, maka kita dapat menikmati relasi dekat dengan Tuhan SEKARANG INI JUGA sebelum kita meninggal. Kita sudah dapat Surga di bumi!

Tapi apakah kita sungguh-sungguh melihat Hidup Kristiani dan Kekatolikan kita, seperti pergi ke gereja tiap minggu, menerima sakramen-sakramen, terlibat dalam pelayanan dan berbagai kegiatan di dalam gereja dan mentaati Perintah Allah itu sudah sebagai Hadiah sendiri – ataukah kita melihat Hidup kita itu, seperti para pekerja di kebun anggur yang datang pagi-pagi, sebagai pekerjaan berat sepanjang hari yang harus dibalas secara adil dengan upah yang sepadan? Jika kita menjadikan Hidup Kristiani dan Kekatolikan kita semata-mata kegiatan-kegiatan dan pekerjaan-pekerjaan yang harus diupah nanti, kita akan selalu tak bahagia, merasa dibebani dan selalu penuh rasa iri-hati seperti para pekerja yang datang ke kebun anggur duluan dan mengeluh tentang mereka yang datang belakangan.

Bekerja di Kebun Anggur itu adalah sekaligus Hadiah sendiri sebab jika kita ada di dalam Kebun, itu berarti Tuhan beserta kita. Sakramen-sakramen, pelayanan, Hidup Kristiani itu memang menuntut pengorbanan – tetapi seperti setiap pekerjaan yang luhur dan bermakna – ia juga mendatangkan kebahagiaan. Sesungguhnya itu menjadikan bumi ini seperti surga.

Tuesday, October 4, 2011

KEYAKINAN TUHAN

Pada saat Perang Korea, ada seorang Kristen dari Korea Selatan yang ditangkap orang-orang Komunis dan dihukum mati dengan regu penembak. Tetapi komandan pasukan Komunis itu yang masih muda mendengar bahwa tentara itu adalah pimpinan sebuah panti asuhan yang memperhatikan anak-anak kecil, maka dia memerintahkan agar bukan tentara itu yang dibunuh, melainkan anaknya! Kemudian anak tentara Kristen itu yang baru berumur sembilan belas tahun dibawa kepadanya dan dibunuh di depan matanya sendiri! Setelah beberapa tahun, komandan Komunis itu ditangkap oleh pasukan keamanan PBB, dibawa ke pengadilan dan dihukum-mati. Namun tentara Kristen itu memohon demi orang Komunis itu agar jangan dibunuh. Dia mengatakan bahwa Komunis itu masih muda pada saat kejadian itu dan dia tidak tahu sebenarnya apa yang dia lakukan. ”Serahkanlah dia kepada saya dan saya akan melatih dia,” katanya kepada mereka. Perminataannya itu dikabulkan dan ayah ini menerima pembunuh anaknya sendiri dan menaruh perhatian kepadanya. Oleh karena pengampunan dan kasih yang dia telah terima dan alami, anak muda yang dulunya seorang Komunis itu, bertobat dan dibaptis, dan akhirnya menjadi seorang Pendeta di gerejanya, melayani Tuhan dan sesama! Itulah kekuasaan cinta kasih yang mau memaafkan dan melupakan serta rela memberi kesempatan baru!

Anak-Ku akan mereka segani (Mat 21:37). Bukan suatu kebetulan bahwa kata-kata yang memerdekakan itu sungguh untuk kita. Tuhan mengatakan hal yang sama juga tentang kita: Anak-Ku akan mereka segani. Itu berarti bahwa apapun ketidaksetiaan kita di masa lalu, dosa-dosa kita, penolakan kita yang berkali-kali terhadap suara ”para nabi,” entah melalui hati nurani atau peristiwa-peristiwa di dalam hidup kita – Tuhan tak pernah hilang harapan untuk kita! Anak-Ku akan mereka segani. Masa lalu kita yang sudah lewat itu sungguh menjadi ”masa lalu” dan hanya itu saja! Di bawah tatapan Allah Bapa yang Mahapengasih, kita mengalami suatu ”kemerdekaan” yang luar biasa... kita bisa bangkit dan mulai lagi. Apabila Tuhan campur tangan, tak ada apapun yang dapat dianggap mustahil, tak dapat diperbaiki atau tak dapat ditebus! Meskipun seandainya suatu saat kita merasa begitu hilang harapan untuk keselamatan, Tuhan tetap mempunyai keyakinan dan optimisme yang berdasarkan cinta abadi: Anak-Ku akan mereka segani.

Tuhan pernah kecewa dua ribu tahun yang lalu karena ditolak dan bahkan dibunuh! Kini Dia menaruh harapan-Nya kepada kita sebagai Umat Pilihan-Nya dan Israel Baru: Anak-Ku akan mereka segani. Jangan sampai Dia kecewa lagi....

Monday, September 12, 2011

SEJARAH PAROKI SANTO MIKAEL SURABAYA

Pada mulanya Gereja Santo Mikael hanya sebagai salah satu stasi dari Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria, Kepanjen. Namun karena wilayahnya cukup luas dan jumlah umat pada masa itu sudah cukup banyak, maka pada tahun 1947 (dimasa penjajahan Belanda) telah diputuskan untuk mendirikan gereja baru di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak dan memilih Santo Mikael untuk menjadi Pelindungnya. Demikianlah gereja baru ini diberi nama Gereja Santo Mikael, Tanjung Perak, Surabaya.

Romo pertama yang bertugas di Stasi Santo Mikael adalah Romo J. Holtus, CM, dengan jumlah umat sekitar 50 orang, yang sebagian besar terdiri dari orang-orang Belanda. Untuk merayakan Ekaristi Suci pada hari Minggu dan hari-hari besar Gereja, umat sementara menggunakan asrama tentara yang terletak di sudut Jalan Jakarta dan Jalan Kebalen Timur, mengingat waktu itu Stasi belum mempunyai gedung gereja.

Pada tahun 1952, Romo J. Holtus, CM diganti oleh Romo H. Kock, CM dan tempat ibadah dipindahkan ke tempat baru, yaitu sebuah gedung semi-permanen bekas gudang mesiu tentara Jepang, berukuran 30m x 8m, yang terletak di Colombo Straad atau sekarang dikenal Jalan Tanjung Sadari 47. Bangunan tersebut mampu menampung sekitar 200 orang. Dalam waktu singkat perkembangan jumlah umat cukup pesat, terutama orang-orang yang datang dari pedalaman atau luar pulau Jawa. Walaupun berkurangnya orang-orang Belanda yang sudah kembali ke negerinya cukup signifikan, bangunan sementara itu sudah tidak dapat lagi menampung jumlah umat yang beribadat.

Belum sempat memikirkan untuk membangun gedung gereja baru, pada tanggal 19 Desember 1959, seminggu sebelum Perayaan Natal, tepat pada pkl. 18.30, angin taufan yang sangat kencang sekonyong-konyong datang merobohkan dan menghancurkan seluruh gedung ibadah. Bersyukur bencana tersebut tidak menelan korban jiwa, hanya sebatas luka-luka ringan yang dialami oleh beberapa anggota koor yang saat itu sedang berlatih menyiapkan lagu-lagu untuk Perayaan Natal.

Dalam peristiwa roboh dan hancurnya bangunan tersebut, ada sebuah patung Bunda Maria tetap tegak berdiri dalam keadaan utuh di tengah reruntuhan. Sebelumnya, hosti kudus yang berada di dalam tabernakel sempat diselamatkan oleh Romo H. Kock, CM ke gereja Kelahiran Santa Perawan Maria di Kepanjen. Patung Bunda Maria tersebut saat ini diberi tempat terhormat di Pastoran Paroki Santo Mikael.

Adanya peristiwa tersebut diatas mendorong umat agar segera merencanakan dan berupaya untuk membangun gedung gereja baru. Berkat partisipasi aktif dan kerja keras dari seluruh lapisan umat, dalam waktu relatif singkat, selama kurang-lebih satu tahun, tepatnya pada tahun 1960, gereja baru sudah berdiri diatas areal tanah seluas 100m x 100m, terletak di sebelah Barat gedung ibadah yang lama, yang saat ini dikenal dengan nama Jalan Tanjung Sadari 49. Dengan berdirinya gedung gereja yang baru, maka pada tanggal 1 Januari 1961, Stasi Santo Mikael ditingkatkan statusnya menjadi Paroki Santo Mikael, Tanjung Perak, dengan Romo H. Kock, CM sebagai Romo Paroki.

Karena usia Romo H. Kock, CM yang semakin tua dan kesehatannya yang sudah menurun, maka awal tahun 1966 beliau kembali ke negeri Belanda dan untuk sementara diganti oleh Romo A.V. Rijnsoever, CM yang bertugas di Paroki Santo Mikael sekitar setengah tahun. Pertengahan tahun 1966, Romo J. Holtus, CM kembali ke Paroki Santo Mikael. Beliau adalah Romo yang sampai saat ini tercatat paling lama bertugas di Paroki Santo Mikael, empatbelas tahun! Beliau baru diganti pada tahun 1980 oleh Romo L.V. Cahyo Kusuma, CM. Tahun 1985 Romo Cahyo Kusuma, CM diganti oleh Romo Philipo Catini, CM. Tahun 1990 Romo Philipo Catini, CM dipindahkan ke Ngawi.

Sejak ditinggalkan Romo Philipo Catini, CM, Paroki Santo Mikael sempat mengalami kekosongan Pastor, yaitu mulai bulan Januari 1991 s/d April 1991. Untuk mengisi kekosongan Pastor tersebut, telah ditugaskan Romo Haryo Subiyanto, CM sebagai Romo pengganti sementara di Paroki Santo Mikael. Mulai bulan Mei 1995, Romo B. Martokusuma, CM ditempatkan sebagai Romo Paroki Santo Mikael. Menjelang akhir tahun 1998, Romo B. Martokusuma, CM digantikan oleh Romo Stanislaus O. Beda, CM sampai dengan tahun 2001.

Pada waktu Romo Stanislaus itu, terjadi pembangunan pastoran baru dan renovasi SD dan SMP Katolik Santo Mikael. Selanjutnya Romo Stanislaus digantikan oleh Romo B. Bani Suatmadji, CM sampai akhir September 2008. Pada waktu Romo Bani, telah dilakukan renovasi total terhadap bangunan gereja yang sudah berdiri sejak tahun 1960 dan juga balai pertemuan atau joglo serta gua Maria. Romo Bani adalah Romo CM yang terakhir di Paroki ini sebelum digantikan oleh Romo Diosis Placidus Kusnugroho, yang menjabat sebagai Romo Paroki sampai tahun 2010. Pada tanggal 18 April 2010, Paroki Santo Mikael secara resmi mulai dikelola oleh Serikat Salesian Don Bosco dengan Romo Noel Villafuerte SDB, seorang imam misionaris dari Philippina, sebagai Romo Paroki sampai pada saat ini.

Sunday, September 4, 2011

EMANGNYA GUE PIKIRIN

Seekor tikus mengintip di balik celah di tembok untuk mengamati seorang petani dan isterinya membuka sebuah bungkusan. Siapa tahu ada makanan? Tapi dia begitu terkejut, ternyata bungkusan itu berisi perangkap tikus. Si tikus itu lari kembali ke rumah pertanian sambil menjerit memberi peringatan: "Awas, teman-teman... ada perangkap tikus di dalam rumah!”

Sang ayam dengan tenang berkokok dan sambil tetap menggaruk tanah, mengangkat kepalanya dan berkata, "Wah... sori ya, Mas Tikus, aku tahu ini memang masalah besar bagi kamu, tapi buat aku sih ngga ada masalahnya! Jadi jangan buat aku pusing." Tikus berbalik dan pergi menuju sang kambing, katanya, "Ada perangkap tikus di dalam rumah!” "Aduh, aku sungguh menyesal dengar khabar ini," si kambing menghibur dengan penuh simpati, "tapi tak ada sesuatu pun yang bisa kulakukan kecuali berdoa. Yakinlah, kamu sentiasa ada dalam doaku, oke!" Tikus kemudian berbelok menuju si lembu. "Oh... ada perangkap tikus... jadi aku dalam bahaya besar ya?!" kata lembu itu sambil ketawa. Jadi si tikus itu pergi merasa begitu patah hati, kesal dan sedih, terpaksa menghadapi perangkap tikus itu sendirian.

Malam itu juga terdengarlah suara bergema di seluruh rumah, seperti bunyi perangkap tikus yang telah menangkap mangsanya! Isteri petani berlari pergi melihat apa yang terperangkap. Di dalam kegelapan dia tak bisa melihat bahwa yang terjebak itu ternyata adalah seekor ular beracun. Ular itu sempat mematuk tangan isteri petani itu. Suaminya bergegas membawanya ke rumah sakit. Kemudian dia kembali ke rumah dengan demam. Dan karena memang biasanya minum sup ayam segar itu baik untuk orang yang sakit demam panas, maka petani itu pun mengambil goloknya dan pergilah dia ke belakang mencari sang ayam untuk dipotong! Namun penyakit isterinya berkelanjutan sehingga teman-teman dan tetangganya datang menjenguk, dan dari jam ke jam selalu ada saja para tamu. Petani itu pun menyembelih kambingnya untuk memberi makan kepada para tamu itu. Isteri petani itu tak kunjung sembuh. Akhirnya ia meninggal, jadi makin banyak lagi orang-orang yang datang untuk pemakamannya sehingga petani itu terpaksalah menyembelih lembunya agar dapat memberi makan para pelayat itu! Ternyata jika masing-masing hanya memikirkan diri sendiri, sebuah perangkap tikus dapat menyebabkan seluruh rumah pertanian ikut menanggung risikonya.

Kita ini adalah bangsa yg tidak mau repot, seperti dikatakan mantan Presiden kita Almarhum Gus Dur “Abdul Rahman Wahid,” segitu aja kok repot, kayak anak TK aja, emangnya gue pikirin. Mentalitas Bukan Urusanku adalah mentalitas manusia moderen yang makin canggih tapi individualistis, Live and let live. Kita pikir bahwa “hidup baik dan suci” itu berarti “menghindari perbuatan jahat.” Benar juga, tapi bukan hanya itu saja. Sebab kita bisa berdosa bukan hanya dengan perbuatan melainkan juga dengan kelalaian. Ingat Doa Tobat kita di awal Misa, “Saya mengaku... bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan KELALAIAN....” Kita berdosa apabila kita melalaikan suatu perbuatan baik yang sebenarnya kita bisa dan sempat! Misalnya kamu menyaksikan teman-kerja kamu sedang melakukan kecurangan dan kamu diam saja... kamu ikut berdosa. Kamu melihat teman-kelas kamu sedang nyontek, dan kamu tidak berbuat apa-apa... kamu ikut berdosa. Yang jelas, menyelamatkan sesama kita itu adalah tanggung-jawab kita... kita harus repot... kita harus pikirin-nya... itu urusan kita!

Makanya Yesus punya ajaran khusus tentang cara menegor seorang yang berbuat kesalahan. Itulah yang kita baru dengar di dalam Injil (Mat 18:15-29) dan didukung pesan dari Bacaan Pertama melalui pengalaman Nabi Yehezkiel (Yeh 33:7-9). Kita mempunyai tanggung-jawab terhadap sesama kita. Itu termasuk disiplin (discipline) kita sebagai pengikut (disciple) Kristus yang sejati. Tidaklah mudah menjadi pengikut Kristus. Berhadapan dengan kesalahan dan kejahatan, kita diharapkan untuk berani dan siap dianggap “beda” dan “ngga kompak” dengan yang lain! Jika kita dengan sengaja melalaikan kesempatan untuk menyelamatkan sesama yang dalam bahaya, berarti kita diam saja. Jangan sampai orang jahat jadi makin banyak gara-gara orang baik diam saja!