Monday, December 6, 2010

PADANG GURUN DALAM HATI

MINGGU ADVEN II TH. A Yesaya 11:1-10 Roma 15:4-9 Matius 3:1-12

Pada suatu liburan saya mengunjungi saudara saya. Di rumahnya saya berjumpa dengan anaknya, keponakan saya yang berumur 14 tahun, sedang duduk di ruangan, sebuah buku di tangan dan sepasang headset menempel di kupingnya. “Hai, lagi ngapain?” saya menyapanya. “Hai uncle, saya lagi belajar nih, ada ulangan besok,” sahutnya! Saya hanya bisa berpikir di dalam hati, zaman memang sudah berubah... dulu kalau kita mau belajar kita mencari waktu dan tempat yang hening; sekarang anak-anak tidak bisa belajar tanpa musik yang main di belakang!

Pada Minggu kedua Adven ini, Tuhan mengajak kita ke suatu tempat yang istimewa: ke padang gurun. Orang-orang pergi ke padang gurun untuk mendengarkan Yohanes Pembaptis. Tuhan ingin agar kita juga ke padang gurun. Bukan yang di Yudea, tetapi yang lebih dekat lagi: padang gurun dalam hati manusia. Padang gurun itu adalah suatu tempat yang bebas dari segala gangguan, suatu tempat dimana orang bisa bersendirian dengan Tuhan. Kata lain untuk padang gurun adalah “keheningan.” Dalam keheningan kita akan berjumpa dengan Tuhan, dan dengan menemukan-Nya, kita akan menemukan diri kita sendiri.

Keheningan... tanpa gangguan sama sekali... itu sangat “mahal” zaman ini dan tidak mudah untuk ditemukan. Kita dikelilingi oleh keberisikan – terutama segala info-media dan periklanan yang senantiasa menarik perhatian kita! Masa liburan Natal seperti ini biasanya berisik bukan main! Sri Paus Benediktus sendiri pernah berkata “Kita tidak bisa mendengar Tuhan lagi – terlalu banyak bunyi dan gelombang memenuhi telinga kita!”

Masalahnya, kita tidak hanya dikelilingi keberisikkan – justru kita mencarinya! Kitalah yang memilih untuk menghibur diri dengan menghidupkan TV, menonton film DVD, membuka internet atau memasang headset MP3 player ke kuping kita. Berjalannya waktu tak terasa lagi jika kita sibuk dengan sesuatu yang sungguh menghibur kita. Ironisnya, apabila kita mencoba untuk berdoa, lima menit itu sudah seperti lima jam! Kita mulai memikirkan sesuatu yang sebenarnya telah kita lupa untuk lakukan. Pada hal tak pernah kepikir saat kita asyik main internet, tapi tiba-tiba menjadi sesuatu yang mendesak dan tak bisa diabaikan lagi! Tidak mudah itu pergi ke padang gurun. Saya sendiri tahu dan mengalaminya. Ada sesuatu disana yang membuat kita takut untuk masuk dalam keheningan.

Satu alasan kita menghindarinya adalah kita tidak mau manghadapi keadaan kita yang sebenarnya. Bukan hanya kekurangan dan keterbatasan kita sebagai manusia biasa, tetapi suatu hal lain lagi. Ada sesuatu di dalam diri kita yang tidak beres. Kita telah mengambil jalan yang salah dan kita sesat. Ujung-ujungnya... DOSA. Oleh karena itu, kepada orang-orang itu yang pergi ke padang gurun, kata pertama yang diucapkan Yohanes Pembaptis adalah, Bertobatlah! Kata itu berarti, “Rombaklah mentalitasmu; pakailah pola pikiran yang baru.”

Tidaklah mudah merubah pola pikiran. Itu berarti siap merubah pola hidup! Kita mulai dengan pertama-tama berani pergi ke padang gurun. Carilah waktu pada Masa Adven ini untuk hening sejenak di tengah-tengah keramaian dan keberisikan. Itu dapat membuat kita sadar akan kedosaan kita – dan bagaimana dosa itu telah memisahkan kita dari Tuhan. Keheningan. Kedosaan. Pertobatan. Kedatangan Tuhan dalam hati kita. Itu baru Adven! (Romo Noel SDB )