Tuesday, October 25, 2011

AWAS, IRI-HATI

Bayangkan di suatu gang ada deretan empat rumah. Salah satu rumah adalah milik kamu. Rumah kamu tersebut berharga 500 juta; rumah-rumah yang lain, yang satu berharga 250 juta, yang satu lagi 400 juta dan yang satu lagi 300 juta. Pada suatu hari ada seorang yang menelpon kamu dengan tawaran yang luarbiasa: dia berniat untuk membeli rumah kamu dengan harga 1M! Kamu tidak butuh waktu panjang untuk mengambil keputusan. Pada saat itu juga, kalian membuat “deal” dan transaksi ditutup. Kamu senang luarbiasa! Namun pada hari kemudian kamu mendengar suatu berita yang mengejutkan. Orang yang sama itu telah membeli juga tiga rumah tetangga kamu. Dan inilah yang menjengkelkan... dia telah membeli tiga rumah tersebut dengan harga yang sama, masing-masing 1M! Bagaimana perasaan kamu? Barangkali sama dengan apa yang dirasakan pekerja-pekerja di dalam perumpamaan Yesus di dalam Injil kita pada hari Minggu ini... “Ini tidak adil. Curang!” Padahal jika seandainya kamu coba menghubungi orang itu yang membeli rumah-rumah dan memprotes kepadanya, paling dia akan berkata kepada kamu: “Emangnya apa urusanmu?! Aku orang yang murah-hati dan aku ingin membayar 1M untuk tiap rumah itu!”

Satu sikap yang kita harus selalu waspadai adalah sikap iri-hati. Apalagi kalau kita merasa dirugikan karena kecurangan! Mungkin menurut kita, tingkah orang yang membeli rumah-rumah itu atau si pemilik kebun anggur sama sekali tidak adil. Tapi itu menurut kita. Bukan menurut pikiran Tuhan! Seperti yang kita dengar di dalam Bacaan Pertama: Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yes 55:8-9). Jadi daripada ngiri, yang Tuhan ingin dari kita adalah mensyukuri segala pemberian-Nya. Jangan pusing mikirin tetangga kamu yang lebih kaya, atau teman kelas kamu yang lebih pinter, atau sahabat kamu yang lebih cantik, atau adik kamu yang lebih berbakat.... Lihatlah dirimu sendiri dan sadarilah bahwa Tuhan telah mengaruniakan kepada kamu sesuatu yang orang lain tidak punya. Kamu tidak rugi. Kamu tidak dicurangi. Bersyukurlah. Peliharalah dan kembangkanlah talenta yang telah kamu terima. Dan yang paling penting, pakailah semua karuniamu itu untuk menolong sesama.

Sunday, October 23, 2011

KASIH YANG SATU DAN SAMA

Pemuda yang datang ke kantorku sopan dan berpakaian rapi. Aku pun menyambutnya dengan ramah dan setelah menyalaminya seperti halnya dengan tamu-tamu lain, kami mulai ngobrol-ngobrol. Dan pada saat itulah dia mengatakan sesuatu yang membuat aku seolah-olah kesetrum. “Pastur,” katanya, “aku baru saja dapat hasil tes darah dan saya ini terinfeksi virus HIV. Saya tidak sanggup berobat di Jakarta. Saya ingin pulang kembali saja ke kampung halaman saya. Paling tidak disana masih ada keluarga yang bisa memperhatikan saya apapun yang terjadi nanti. Hanya aku mau minta bantuan pastur untuk ongkos transportasi….” Aku tidak tunggu lagi untuk akhir pembicaraannya. Aku begitu ingin keluar pada saat itu juga untuk segera membasuh tanganku dengan sabun dan antiseptik! Sikapku yang ramah tadi sekejap berubah menjadi dingin… bahkan tidak sabar lagi melihat dia keluar… mengapa dia masih disini berdiri di depanku! Aku mengambil uang yang aku kira cukup untuk pulangnya dan aku memberikan kepadanya dengan sangat hati-hati… jangan sampai tanganku kesentuh tangannya! Beberapa saat setelah dia pergi, betapa aku sangat menyesal atas sikapku yang angkuh dan sombong. Aku pergi ke kapel dan meminta maaf dari Tuhan….

Pengalamanku itu adalah suatu contoh yang menggambarkan bagaimana begitu mudah bagi kita untuk mengimani kehadiran Kristus di dalam Ekaristi, tetapi sekaligus mengabaikan kehadiran-Nya di dalam sesama yang paling hina dan menderita. Mengapa demikian? Sebab Roti yang telah menjadi Tubuh Kristus itu sama sekali bukan ancaman bagi kita, dan Diapun tidak mengganggu atau menyakiti kita. Ekaristi itu tidak mempunyai bau yang ngga enak. Roti yang Suci itu tak pernah menghina kita, melawan kita ataupun menyusahi kita. Namun sesama kita itu bukanlah orang-orang yang sempurna, apalagi santo-santa! Sesama kita yang mengemis di lampu-merah itu kotor dan berbau ngga enak; jika kita melihat mereka mendekat, kita langsung mengunci kendaraan karena kita menganggap mereka “ancaman!” Kadang-kadang sesama kita mengatakan hal-hal yang menyinggung perasaan kita; mereka melawan perintah kita; mereka cuek dan tidak tahu berterima kasih; mereka memanfaatkan dan memperalatkan kita!

Ternyata kekeliruan kaum Farisi masih ada di antara kita sampai sekarang. Kita masih suka memisahkan cinta kasih kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama. Kita mengaku bahwa kita mengasihi Tuhan, tetapi kita begitu mudah menindas dan menekan sesama ato gagal memperhatikan sesama yang dalam kesulitan! Padahal ajaran Yesus itu sangat jelas dan sederhana: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 22:37-40). Cinta kasih kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama adalah satu dan sama.

Wednesday, October 5, 2011

Matius 20:1-16

Bayangkan bahwa kita meninggal dunia dan kita masuk surga – disitu kita sedang mengurus taman bunga di depan rumah kita di Jalan Raya Hidup Kekal dan tiba-tiba kita melihat di seberang jalan Pak Batibot, yang terkenal tak pernah ke gereja, punya beberapa isteri muda dan wanita simpanan, tukang korupsi dan kolusi dan tak pernah membayar pajak sampai dia mengalami serangan jantung untuk kedua kalinya dan dia bertobat dan kembali ke jalan yang benar namun hanya untuk sekitar setahun saja, dia meninggal setelah serangan jantung yang ketiga kalinya. Kemudian kita berpikir di dalam hati kita, “Astaga,” (kan di surga ngga boleh bicara tidak sopan) “bagaimana mungkin dia itu bisa dapat rumah disini persis di jalan yang sama dengan saya? Aku kan ke gereja tiap minggu bahkan pada hari biasa juga. Aku selalu taat kepada Sepuluh Perintah Allah yang aku hafal sejak Komuni Pertamaku. Aku tak pernah menipu isteri dan keluargaku seumur hidupku. Bagaimana mungkin dia ada disini bersama dengan aku? Apakah yang aku dapat dengan menjadi patuh dan setia terus?” Jawaban pada pertanyaan ini tercantum secara cerdik di dalam perumpamaan Yesus tadi. Yang kita dapat ialah sukacita dan kebanggaan bahwa KITA DAPAT PERGI DAN BEKERJA DI KEBUN ANGGUR PAGI-PAGI! Inilah anugerah yang mengagumkan – Bonus besar! Karena bisa datang ke Kebun Anggur pagi-pagi, maka kita dapat menikmati relasi dekat dengan Tuhan SEKARANG INI JUGA sebelum kita meninggal. Kita sudah dapat Surga di bumi!

Tapi apakah kita sungguh-sungguh melihat Hidup Kristiani dan Kekatolikan kita, seperti pergi ke gereja tiap minggu, menerima sakramen-sakramen, terlibat dalam pelayanan dan berbagai kegiatan di dalam gereja dan mentaati Perintah Allah itu sudah sebagai Hadiah sendiri – ataukah kita melihat Hidup kita itu, seperti para pekerja di kebun anggur yang datang pagi-pagi, sebagai pekerjaan berat sepanjang hari yang harus dibalas secara adil dengan upah yang sepadan? Jika kita menjadikan Hidup Kristiani dan Kekatolikan kita semata-mata kegiatan-kegiatan dan pekerjaan-pekerjaan yang harus diupah nanti, kita akan selalu tak bahagia, merasa dibebani dan selalu penuh rasa iri-hati seperti para pekerja yang datang ke kebun anggur duluan dan mengeluh tentang mereka yang datang belakangan.

Bekerja di Kebun Anggur itu adalah sekaligus Hadiah sendiri sebab jika kita ada di dalam Kebun, itu berarti Tuhan beserta kita. Sakramen-sakramen, pelayanan, Hidup Kristiani itu memang menuntut pengorbanan – tetapi seperti setiap pekerjaan yang luhur dan bermakna – ia juga mendatangkan kebahagiaan. Sesungguhnya itu menjadikan bumi ini seperti surga.

Tuesday, October 4, 2011

KEYAKINAN TUHAN

Pada saat Perang Korea, ada seorang Kristen dari Korea Selatan yang ditangkap orang-orang Komunis dan dihukum mati dengan regu penembak. Tetapi komandan pasukan Komunis itu yang masih muda mendengar bahwa tentara itu adalah pimpinan sebuah panti asuhan yang memperhatikan anak-anak kecil, maka dia memerintahkan agar bukan tentara itu yang dibunuh, melainkan anaknya! Kemudian anak tentara Kristen itu yang baru berumur sembilan belas tahun dibawa kepadanya dan dibunuh di depan matanya sendiri! Setelah beberapa tahun, komandan Komunis itu ditangkap oleh pasukan keamanan PBB, dibawa ke pengadilan dan dihukum-mati. Namun tentara Kristen itu memohon demi orang Komunis itu agar jangan dibunuh. Dia mengatakan bahwa Komunis itu masih muda pada saat kejadian itu dan dia tidak tahu sebenarnya apa yang dia lakukan. ”Serahkanlah dia kepada saya dan saya akan melatih dia,” katanya kepada mereka. Perminataannya itu dikabulkan dan ayah ini menerima pembunuh anaknya sendiri dan menaruh perhatian kepadanya. Oleh karena pengampunan dan kasih yang dia telah terima dan alami, anak muda yang dulunya seorang Komunis itu, bertobat dan dibaptis, dan akhirnya menjadi seorang Pendeta di gerejanya, melayani Tuhan dan sesama! Itulah kekuasaan cinta kasih yang mau memaafkan dan melupakan serta rela memberi kesempatan baru!

Anak-Ku akan mereka segani (Mat 21:37). Bukan suatu kebetulan bahwa kata-kata yang memerdekakan itu sungguh untuk kita. Tuhan mengatakan hal yang sama juga tentang kita: Anak-Ku akan mereka segani. Itu berarti bahwa apapun ketidaksetiaan kita di masa lalu, dosa-dosa kita, penolakan kita yang berkali-kali terhadap suara ”para nabi,” entah melalui hati nurani atau peristiwa-peristiwa di dalam hidup kita – Tuhan tak pernah hilang harapan untuk kita! Anak-Ku akan mereka segani. Masa lalu kita yang sudah lewat itu sungguh menjadi ”masa lalu” dan hanya itu saja! Di bawah tatapan Allah Bapa yang Mahapengasih, kita mengalami suatu ”kemerdekaan” yang luar biasa... kita bisa bangkit dan mulai lagi. Apabila Tuhan campur tangan, tak ada apapun yang dapat dianggap mustahil, tak dapat diperbaiki atau tak dapat ditebus! Meskipun seandainya suatu saat kita merasa begitu hilang harapan untuk keselamatan, Tuhan tetap mempunyai keyakinan dan optimisme yang berdasarkan cinta abadi: Anak-Ku akan mereka segani.

Tuhan pernah kecewa dua ribu tahun yang lalu karena ditolak dan bahkan dibunuh! Kini Dia menaruh harapan-Nya kepada kita sebagai Umat Pilihan-Nya dan Israel Baru: Anak-Ku akan mereka segani. Jangan sampai Dia kecewa lagi....