Wednesday, March 31, 2010

ORANG BILANG PASTOR

Pernah dengar Litani Pastor yang serba-salah?

Bila ia ditahbiskan terlalu muda, orang bilang: masih bocah koq sudah disuruh jadi pastor.
Bila ia ditahbiskan sudah tua, orang bilang: dia jadi pastor kan karena ngga laku kawin.

Bila ia cukup ganteng, orang bilang: bego amat tuh cowok! Cakep-cakep koq jadi pastor. Kenapa ngga kawin aja ya. Gue juga mau lho sama kamu?!
Bila wajah tidak mendukung, orang bilang: memang lebih baik jadi pastor aja, daripada frustasi tidak ada yang mau.

Bila ia rapih berpakaian bagus, orang bilang: pastor koq seperti peragawan.
Bila ia berpakaian seadanya, orang bilang: sering tampil di muka umum koq ngga bisa ngurus badan.

Bila ia naik mobil, orang bilang: pastor tak menghayati kaul kemiskinan.
Bila ia jalan kaki ngga mau naik kendaraan, orang bilang: pastor koq tidak menghargai waktu.

Bila ia banyak bergaul dengan cewek-cewek, orang bilang: sudah tahu jadi pastor koq ya masih suka nyrempet-nyrempet bahaya.
Bila ia banyak bergaul dengan cowok-cowok, orang bilang: mentang-mentang jadi pastor lalu anti-wanita. Mungkinkah pastor kita gay?!

Bila ia suka bergaul dengan anak-anak, orang bilang: wah baik-baik sama anak kecil biar bisa mendekati ibu dan kakaknya.
Bila ia suka bergaul dengan ibu-ibu, orang bilang: masa kecil kurang bahagia, mainnya sama ibu-ibu melulu. Masih pengen ngempeng kali!

Bila ia suka makan, orang bilang: pastor koq ngga bisa nahan lapar.
Bila ia makan terlalu sedikit, orang bilang: jadi pastor koq ngga tahu menghargai masakan umat.

Bila kotbahnya panjang, orang bilang: bikin ngantuk.
Bila kotbahnya singkat, orang bilang: kurang persiapan.

Bila ia tak pernah dipindah sejak tahbisan, orang bilang: dia memang kurang bisa dipercaya menghadap situasi dan lingkungan baru.
Bila ia dipindah, orang bilang: ada apa ya, koq disuruh pindah sama Pimpinan?

Bila ia tidak merokok, orang bilang: sudah tidak kawin, ngga punya istri, ngga merokok lagi! Mau cari apa dalam hidup ini?!
Pastor... pastor! Pantesan ngga pada mau jadi Pastor!


Pada saat Ia memasuki Yerusalem, Yesus dielu-elukan oleh banyak orang sambil berseru, Hosana! Teberkatilah yang datang atas nama Tuhan. Tetapi semangat rakyat yang meluap itu hanya sebentar saja. Dalam beberapa hari, seruan itu berubah menjadi, Salibkanlah Dia! Sang Imam Agung dipuji dan dihina; dihormati dan direndahkan; ditinggikan dan dijatuhkan! Para imam-Nya juga mengalami nasib yang sama: dicintai dan dibenci; diterima dan ditolak; diperhatikan dan diabaikan. Orang menyebutnya ”kelemahan.” Tetapi ”kelemahan” itulah yang menjadi kekuatannya, seperti kesaksian dari Rasul-Nya yang baik dan setia, Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. Hanya dengan menyatukan seluruh hidupnya dengan Kristus baru paradoks ini menjadi berarti bagi seorang imam. Jika ia hidup, Kristus akan bersamanya. Jika ia mati, ia akan bersama dengan Kristus! Alangkah indahnya panggilan seorang ”alter Christus!”
(Romo Noel SDB)

No comments:

Post a Comment