Monday, March 22, 2010

DARI KESENGSARAAN KE SUKACITA

MINGGU PRAPASKAH V TH.C Yes 43:16-21 Flp 3:8-14 Yoh 8:1-11

Di Masa Prapaskah yang biasa kita anggap sebagai Masa Liturgi yang khidmat dan “serius,” kita tetaplah bergembira. Pantang, puasa, matiraga dan penitensi... itu semua adalah bagian dari Masa Prapaskah, tetapi tujuannya bukanlah untuk membuat kita bersedih! Sebaliknya, tujuannya adalah supaya nanti kita dapat bersukacita dan bahagia. Maka di dalam Mazmur Tanggapan pun kita nyanyikan, Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita.

Kata St Tomas Aquino, ”Tak seorangpun dapat hidup tanpa Sukacita. Oleh karena itu, orang yang tidak menemukan sukacita dalam Tuhan mencari kesenangan dalam dunia.” Jika kita tidak menemukan kebahagiaan dalam Tuhan – dalam hal-hal rohani – kita akan mencarinya di tempat-tempat yang lain: entah makanan, penghiburan, seks, drugs, alkohol, judi dan sebagainya! Memang tidak semuanya itu langsung salah, tapi tidak ada satupun dari semuanya itu yang dapat memberikan sukacita yang kekal dan sejati! Apalagi jika disalahgunakan, mereka itu dapat menghancurkan sesama dan juga diri kita sendiri.

Di dalam Injil Minggu ini, kita berjumpa dengan seorang wanita yang mengejar kebahagiaan. Saking inginnya menjadi bahagia, dia rela membahayakan pernikahannya, keluarganya, nama baiknya dan bahkan hidupnya. Tapi dia tidak mendapatkan kebahagiaan itu, mungkin kesenangan pun tidak! Kemungkinan besar laki-laki yang telah menjadi pasangannya dalam dosanya itu pernah mengatakan dia itu cantik sekali, bahwa dia selalu akan mendampinginya, dan bahwa apapun yang terjadi mereka akan tetap bersama. Tetapi saat masalah sudah datang, dia tiba-tiba menghilang. Dan apa yang paling ditakuti wanita itu selama ini telah terjadi... dia tertangkap basah, dan dia sendirian. Takut, malu, bingung, bersalah, tak berdaya... adakah perasaan-perasaan yang lebih parah daripada apa yang dialami oleh wanita itu?

Ia sudah jatuh sengsara dan sungguh melarat. Jalan buntu. Di saat-saat seperti itu, orang mempunyai dua pilihan. Dia bisa tenggelam dalam keputus-asaan dan kesengsaraan – atau menengadah ke langit dan mengulurkan tangan. Wanita itu melihat ke atas, dan ia melihat Yesus. Ia mendengarkan kata-kata-Nya yang memberikan harapan dan kesempatan baru, Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang. Yesus merubah kesengsaraannya menjadi kebahagiaan sejati. Pengalaman wanita itu menunjukkan bahwa sukacita tidak harus tergantung pada situasi atau kondisi diluar. Yang penting adalah kehadiran Tuhan di dalam hati dan di dalam hidup kita.

Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi selanjutnya dengan wanita itu setelah diselamatkan oleh Yesus. Yang jelas, seandainya dia tidak pernah mengangkat kepalanya, maka dia tidak akan pernah melihat Yesus dan mendengarkan perkataan-Nya yang membawa harapan baru dan sukacita sejati. Dari pengampunan yang telah dia terima atas dosanya yang besar luarbiasa, pastilah dia mengalami sukacita yang besar luarbiasa pula! Betapa banyak pun sampah kedosaan yang menimbun kita dan betapa dalam pun lumpur kesalahan yang mengubur kita saat ini, kita tinggal saja mengangkat kepala dan melihat Yesus dan Dia dapat merubah kesengsaraan kita menjadi sukacita.
(Romo Noel SDB)

No comments:

Post a Comment