Monday, March 15, 2010

BILA MUSIBAH DATANG

MINGGU PRAPASKAH III TH. C Kel. 3:1-8a, 13-15 1Kor. 10:1-6,10-12 Luk. 13:1-9

Bayangkan 2000 tahun yang lalu di zaman Yesus sudah ada surat-kabar, dan pada suatu hari, ada dua berita utama di halaman pertama koran itu sebagai berikut: “Pembunuhan Besar-Besaran Teroris-teroris Tersangka dari Galilea di Bait Suci Atas Perintah Pilatus,” “Menara Siloam Runtuh, 18 Orang Diduga Terkubur.” Bagaimana reaksi pertama dari rakyat Yahudi terhadap berita bencana dan kemalangan seperti itu? Tentang orang-orang Galilea itu barangkali mereka berpikir, “Nah, pantaslah itu terjadi kepada mereka. Dasar orang-orang teroris!” Mengenai orang-orang yang mati secara tragis terkubur di bawah menara yang hancur itu, mungkin mereka berkomentar, “Itu adalah kehendak Tuhan. Hanya Dialah yang tahu dosa-dosa apa mereka yang membuat mereka pantas diadili seperti itu!”

Di dalam Injil, orang-orang Yahudi yang menghadap Yesus memang tidak luput dari sikap “sok tau” dan “sok suci!” Mereka juga tidak bebas dari prasangka dan kecenderungan untuk menghakimi sesama. Yesus tidak bisa diam di hadapan kedunguan dan keangkuhan seperti itu: Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian (Lukas 13:2-5).

Suatu kekeliruan besar jika kita secara mutlak mengkaitkan bencana alam atau kemalangan yang kerap-kali dialami oleh manusia, dengan dosa-dosanya! Seolah-olah si korban itu telah melakukan sesuatu yang membuatnya “pantas” mengalami musibah tersebut, sedangkan yang lain “aman-aman saja” sebab mereka adalah orang-orang yang benar dan “dekat” pada Tuhan! Jika orang mengalami bencana alam atau suatu kemalangan, kita tidak boleh berpikir bahwa orang itu layak mengalaminya karena suatu perbuatan yang tidak kita lakukan sehingga kita tidak mengalaminya.

Sikap yang benar adalah menyadari bahwa itu dapat terjadi kepada siapapun, dan apabila kita sendiri tidak mengalaminya saat ini, itu adalah karena kebaikan dan belaskasih Tuhan dan sama sekali bukan karena kita berhak mendapatnya! Semoga tidak ada lagi gempa, banjir besar atau pesawat yang jatuh, namun jika seandainya ia datang lagi, kita mesti sadari bahwa hal itu dapat terjadi kepada siapapun, dan apabila kita terhindar dari musibah tersebut, itu adalah supaya kita sendiri bertobat dan memperoleh keselamatan. (Romo Noel, SDB)

No comments:

Post a Comment