Saturday, August 27, 2011

MAKNA SALIB

Dari dulu saya penasaran pada saat Musa dan Elia tampak dengan Yesus di gunung Tabor, mereka itu membicarakan apa. Yang jelas mereka pasti tidak omongin cuaca! Juga mereka tidak mengatakan, “Tenang aja, semuanya akan baik-baik saja.” Sebenarnya Injil Lukas memberi petunjuk bahwa mereka berbicara tentang tujuan kepergian-Nya yang akan digenapi-Nya di Yerusalem (Luk 9:31), yakni penderitaan dan sengsara-Nya. Dia akan ditinggalkan oleh teman-teman-Nya, Dia akan dihina, Dia akan difitnah, Dia akan disiksa dan Dia akan dibunuh secara brutal dan memalukan! Tetapi Musa dan Elia tidak mengatakan, “Jangan pergi ke Yerusalem.” Tidak, mereka mendorong-Nya supaya memeluk salib.

Sebaliknya, Petrus sungguh gagal untuk mengerti, sehingga ia menjadi batu sandungan bagi Yesus Sendiri, Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau (Mat 16:22)! Petrus meminta Yesus supaya meninggalkan jalan yang susah dan sempit dan mengambil jalan yang mudah dan lurus. Oleh karena itu, walaupun Yesus menyebutnya “Batu karang” hanya beberapa saat sebelumnya, sekarang Yesus menatap Petrus dan mengatakan kepadanya, Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia (Mat 16:23).

Beata Mother Theresa pernah mengatakan, “Begitu banyak sengsara dan penderitaan di dunia yang terbuang-buang dan disia-siakan karena manusia tidak tahu menyatukannya dengan Salib Kristus!” Dari semua Agama di dunia, hanya kitalah yang menghormati dan menyembah Seorang yang ada di Salib karena kita percaya bahwa penderitaan-Nya itu memberi arti kepada tiap beban derita kita dan wafat-Nya adalah sumber Keselamatan bagi kita semua. Keyakinan seperti itu tak mungkin dapat dipahami, apalagi diterima oleh dunia; tapi bagi seorang pengikut Kristus yang sejati, tak ada yang lebih nyata daripada prinsip-prinsip ini: “Tak ada Kematian, tak ada Kebangkitan”; “Tak ada Penderitaan, tak ada Kemuliaan”; “Tak ada Salib, tak ada Mahkota.”

Duapuluh-dua tahun yang lalu, saya dan teman-teman menerima Salib Misionaris dari Pastor Pimpinan kami. Salib biasa yang terbuat dari kayu. Saya masih menyimpannya. Ia selalu menjadi sumber kekuatan bagi saya di saat-saat yang susah.

Salah satu “penitensi favorit” saya bagi orang yang datang untuk sakramen tobat ialah: cari beberapa waktu untuk memandang salib. Apabila kamu mempunyai Salib di dalam kamar kamu, peganglah dan renungkanlah Siapa yang ada di Salib itu dan mengapa Dia ada disitu. Dan bisa juga, setelah itu peluklah Salib itu dekat-dekat di hatimu.

Dalam Salib Yesus ada penyembuhan dan kekuatan. Ada kekuasaan yang luar biasa dalam memeluk Salib. Kalau saja pasangan-pasangan suami-istri yang bermasalah mau berlutut di depan Salib, maka pertengkaran dan kesalah-pahaman tak akan sering terjadi. Kalau saja keluarga-keluarga bisa meluangkan waktu untuk berdoa bersama di depan Salib, maka setiap masalah perkawinan dan problema keluarga selalu ada jalan keluar.

No comments:

Post a Comment