Sunday, October 23, 2011

KASIH YANG SATU DAN SAMA

Pemuda yang datang ke kantorku sopan dan berpakaian rapi. Aku pun menyambutnya dengan ramah dan setelah menyalaminya seperti halnya dengan tamu-tamu lain, kami mulai ngobrol-ngobrol. Dan pada saat itulah dia mengatakan sesuatu yang membuat aku seolah-olah kesetrum. “Pastur,” katanya, “aku baru saja dapat hasil tes darah dan saya ini terinfeksi virus HIV. Saya tidak sanggup berobat di Jakarta. Saya ingin pulang kembali saja ke kampung halaman saya. Paling tidak disana masih ada keluarga yang bisa memperhatikan saya apapun yang terjadi nanti. Hanya aku mau minta bantuan pastur untuk ongkos transportasi….” Aku tidak tunggu lagi untuk akhir pembicaraannya. Aku begitu ingin keluar pada saat itu juga untuk segera membasuh tanganku dengan sabun dan antiseptik! Sikapku yang ramah tadi sekejap berubah menjadi dingin… bahkan tidak sabar lagi melihat dia keluar… mengapa dia masih disini berdiri di depanku! Aku mengambil uang yang aku kira cukup untuk pulangnya dan aku memberikan kepadanya dengan sangat hati-hati… jangan sampai tanganku kesentuh tangannya! Beberapa saat setelah dia pergi, betapa aku sangat menyesal atas sikapku yang angkuh dan sombong. Aku pergi ke kapel dan meminta maaf dari Tuhan….

Pengalamanku itu adalah suatu contoh yang menggambarkan bagaimana begitu mudah bagi kita untuk mengimani kehadiran Kristus di dalam Ekaristi, tetapi sekaligus mengabaikan kehadiran-Nya di dalam sesama yang paling hina dan menderita. Mengapa demikian? Sebab Roti yang telah menjadi Tubuh Kristus itu sama sekali bukan ancaman bagi kita, dan Diapun tidak mengganggu atau menyakiti kita. Ekaristi itu tidak mempunyai bau yang ngga enak. Roti yang Suci itu tak pernah menghina kita, melawan kita ataupun menyusahi kita. Namun sesama kita itu bukanlah orang-orang yang sempurna, apalagi santo-santa! Sesama kita yang mengemis di lampu-merah itu kotor dan berbau ngga enak; jika kita melihat mereka mendekat, kita langsung mengunci kendaraan karena kita menganggap mereka “ancaman!” Kadang-kadang sesama kita mengatakan hal-hal yang menyinggung perasaan kita; mereka melawan perintah kita; mereka cuek dan tidak tahu berterima kasih; mereka memanfaatkan dan memperalatkan kita!

Ternyata kekeliruan kaum Farisi masih ada di antara kita sampai sekarang. Kita masih suka memisahkan cinta kasih kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama. Kita mengaku bahwa kita mengasihi Tuhan, tetapi kita begitu mudah menindas dan menekan sesama ato gagal memperhatikan sesama yang dalam kesulitan! Padahal ajaran Yesus itu sangat jelas dan sederhana: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat 22:37-40). Cinta kasih kepada Allah dan cinta kasih kepada sesama adalah satu dan sama.

No comments:

Post a Comment