Friday, July 15, 2011

BIARKANLAH GANDUM DAN LALANG TUMBUH BERSAMA

Apabila saudara-saudara melihat wajah pastor-pastor hari ini agak lebih cerah dan mereka memancarkan cahaya yang luar biasa (barangkali ada juga yang memiliki sinar cahaya yang melingkar di bagian atas kepalanya hehee), jangan heran! Kami ini baru turun dari “gunung perjumpaan dengan Tuhan.” Terima kasih atas segala doa saudara sekalian supaya retret tahunan kami bisa berjalan dengan lancar dan sungguh penuh rahmat. Apa yang Pastor Boedi katakan minggu yang lalu – dengan setengah bergurau tetapi juga setengah serius - itu benar. Kami ibaratnya mobil yang masuk bengkel. Dan semakin mobil itu banyak kerusakan dan yang tidak beres, semakin lama harus ditinggal di bengkel. Makanya retret kami itu sampai enam hari!

Selama retret ini, perumpamaan Yesus tentang gandum dan lalang sempat menjadi bahan renungan saya. Mengapa ada kejahatan dan orang-orang jahat di dunia ini? Injil pada Minggu ke XVI ini menjawab persoalan tersebut. Kata orang-orang yang malas ke gereja, mereka tidak mau ke gereja karena disitu banyak orang munafik! Kalau saja Tuhan bisa memusnahkan semua orang jahat supaya tinggallah hanya orang-orang yang baik dan benar! Tapi coba berpikir-pikir... seandainya benar-benar Tuhan datang pada tengah malam nanti untuk manghancurkan SEMUA yang jahat! Pada pukul 12:01, kira-kira berapa ya dari kita yang masih berdiri? TAK ADA SATU PUN! Makanya perumpamaan Yesus sungguh memberi pengharapan. Kepada kita yang kadang-kadang sok tau dan sok benar, dan mau menghakimi yang lain karena mereka tidak seperti kita, Yesus mau katakan, Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai (Matius 13:29-30).

Apa yang Yesus ajarkan melalui perumpamaan-Nya itu sebenarnya berlaku dengan pribadi kita juga, sebab gandum dan lalang itu pun berada di dalam diri kita. Hari-hari retret, baik bagi kami kaum religius maupun bagi saudara-saudara, adalah hari-hari yang sangat istimewa dan luar biasa. Bapak kami Don Bosco ingin agar kami menganggapnya sebagai dasar dan sekaligus perpaduan seluruh hidup doa kami. Di saat-saat yang penuh rahmat itu, kita begitu dekat dengan Tuhan, dan makin dekat dengan yang Mahakudus berarti makin sadar akan kedosaan kita! Makin terang cahayanya, makin jelas kelihatan betapa kita ini penuh dengan noda, kotoran dan sampah. Kita pun dapat melihat dengan makin jelas keberadaan gandum dan lalang di dalam hati kita!

Kabar Baiknya adalah Tuhan tidak mau repot dengan langsung membersihkan kebun dan mencabut semua rumput dan lalang. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama... Kenapa? Karena kita tidak seratus persen sama seperti tanaman itu. Walaupun pada awalnya, kesamaan pada gandum dan lalang itu hampir sempurna, benar-benar tidak ketahuan mana yang rumput dan mana yang gandum. Hanya setelah beberapa saat, jika bibit sudah keluar baru perbedaannya makin kelihatan secara jelas sekali. Dan tidak mungkin gandum itu bisa berubah menjadi lalang, atau sebaliknya! Tetapi manusia bisa berubah. Syukur kepada Tuhan atas kebebasan dan rahmat yang Ia karuniakan kepada kita. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama... jangan dulu mencabut lalangnya, berikan dia waktu berubah menjadi gandum! Berikan dia kesempatan untuk menyesali dosanya, bertobat dan kembali ke jalan yang benar.

Firman Tuhan hari ini sungguh menghibur. Bukan dalam arti membuat kita santai dan nyaman, tetapi dengan maksud memberikan harapan. Mazmur menggambarkan Tuhan, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih dan setia (Mzm 86:15). Di dalam bacaan pertama, Salomo menyatakan Anak-anak-Mu Kauberi harapan yang baik ini: Kauberikan kesempatan untuk bertobat apabila mereka berdosa (Kebijaksanaan 12:19). Sabda Tuhan yang penuh pengharapan bagi kita yang sementara ini masih harus berurusan terus dengan gandum dan lalang, baik di sekitar kita maupun di dalam diri kita sendiri.

No comments:

Post a Comment