Wednesday, June 16, 2010

“PETERPORN”

MINGGU BIASA XI TH.C 2 Samuel 12:7-10, 13 Galatia 2:16, 19-21 Lukas 7:36--8:3

Beberapa hari belakangan ini, kita dibombardir berita fakta dan gosip tentang beberapa selebriti yang terlibat dalam video porno. Cukup menarik memperhatikan bagaimana masyarakat dan kita bereaksi. Kaget. Marah. Jijik. Muak. Namun banyak orang juga yang sedih dan kecewa bahwa artis kesayangan dan idola mereka koq bisa “begitu!” Kita suka lupa bahwa orang-orang yang kita angkat tinggi-tinggi itu adalah tetap manusia yang lemah dan berdosa.

Saya mengikuti gosip tersebut sedikit (terpaksa, abis ada dimana-mana!) dan saya mendengar bahwa seorang dokter psikolog menyatakan pihak pria itu kemungkinan mempunyai kelainan. Kelainan itu dalam arti memanfaatkan ketenarannya sebagai selebriti yang dikagumi begitu banyak penggemar supaya “menaklukkan” sebanyak mungkin wanita dan gadis, kalau bisa dengan dokumentasi!

Penyalahgunaan kekuasaan dan penyalahgunaan seksualitas bukanlah sesuatu yang baru. Di dalam bacaan pertama, itulah yang membawa Raja Daud ke dosanya yang sangat besar, perzinahan dan pembunuhan. Di dalam injil, orang-orang yang tidak bisa menerima sikap toleransi Yesus terhadap wanita yang berdosa itu kemungkinan besar pernah menjadi langganannya juga! Dan mereka pun sebenarnya melakukannya bukan untuk sekedar hiburan seksual. Para psikolog mengatakan bahwa kaum pria pada umumnya cenderung bermasalah dengan Kekuasaan. Kita mudah terpancing untuk mendominasi, tapi kita sering ragu-ragu sampai mana batas kekuasaan kita itu. Rasa kurang puas inilah yang mendorong kita untuk menguasai keraguan itu dengan mendominasi secara seksual. Sesungguhnya kita kaum laki-laki bermasalah dengan kompleks kurang hargadiri, termasuk secara seksual. Perasaan rendah diri itu menuntut suatu pengganti atau kompensasi. Salah satu cara adalah merendahkan orang lain dan meremehkan mereka dengan menyalahgunakan kekuasaan seksualitas.

Di dalam Injil, Lukas menyebut nama beberapa wanita yang merupakan teman-teman dekat dan murid-murid Kristus... dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit, yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Yohana isteri Khuza bendahara Herodes, Susana dan banyak perempuan lain. Pada zaman Yesus, hak dan kekuasaan kaum wanita itu sangat terbatas. Yesus mengundang, menyambut dan memberdayakan mereka dengan menerima dan menanggapi mereka secara terbuka. Di dalam Kerajaan yang Yesus promosikan, Wanita itu diberdayakan untuk melahirkan-Nya, mendampingi-Nya dalam pelayanan dan menjadi pewarta Kabar Baik Kebangkitan-Nya! Akhirnya mereka itu melihat di dalam Diri Orang Suci ini suatu Kekuasaan yang digunakan - tidak disalahgunakan.

Bukanlah sesuatu yang dibesar-besarkan kalau dikatakan bahwa dimana respek pada kaum wanita dan perempuan itu menghilang, disana imoralitas dan pelanggaran susila meningkat. Yesus selalu adalah teladan sempurna dan patokan sejati bagaimana kita mestinya menghormati dan bahkan meninggikan mereka yang telah melahirkan kita.
(Romo Noel SDB)

Saturday, June 5, 2010

MALAS KE GEREJA

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS

“Malas ke gereja” adalah ekspresi biasa kita jika lagi tidak bersemangat untuk ikut Misa Kudus. Padahal, dengan kata lain, itu artinya “Saya lagi malas menyembah Yesus sebagai Tuhan dan menerima-Nya sebagai Juruselamat.” Teganya kita ya!

Memang kenapa kita ikut Misa? Jawabannya to the point dan sangat sederhana, “Sebab kita ingin menyembah dan menyambut Yesus, sebagai Tuhan dan Juruselamat kita.” Bagi kita, umat Katolik, kehadiran Yesus di dalam Ekaristi bukan sekedar simbol, melainkan nyata dan sungguh. Di dalam Misa, Roh Kudus merubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Roti dan anggur itu menjadi Yesus. Oleh karena itu kita menyembah Sakramen Mahakudus.

Salah satu inspirasi saya dalam panggilan Imamat adalah kesaksian-kesaksian para imam yang setia kepada Ekaristi dalam keadaan yang paling sulit, bahkan sampai mati! Misalnya para imam yang ditahan pada zaman Nazi dulu, bagaimana mereka rela mengambil resiko besar untuk merayakan Misa secara tersembunyi agar mereka dan rekan-rekannya dapat menyambut Komuni Kudus! Saya pernah baca tentang seorang imam yang ditahan pada zaman Vietnam Komunis merayakan Misa dengan memegang sebutir roti dan setetes anggur di telapak tangannya! Belum lagi kesaksian para martir yang rela menderita sengsara sampai mati demi iman akan Sakramen Mahakudus.

Jika Ekaristi begitu berharga bagi saudara-saudara kita se-iman itu, bagaimana dengan kita sendiri? Kita selalu berusaha memperhatikan dengan baik semua hal di gereja kita yang ada hubungan dengan Liturgi yang benar, indah dan tertib. Jadi kita menjaga gereja sebagai rumah Tuhan itu bersih, rapi dan layak; musik dan nyanyian bagus; komunitas umat Allah yang ramah dan simpatik; homili yang menarik dan membumi, dan sebagainya. Tapi seandainya semua rupa dan keadaan luar itu tidak ada, bukankah Misa Kudus itu tetap saja pantas untuk kita ikuti supaya kita dapat menyembah dan menyambut Sakramen Mahakudus, yakni Yesus Sendiri?

Ujung-ujungnya Ekaristi adalah Penyembahan; intinya Ekaristi adalah Pujian. Jadi di dalam Misa Kudus, tujuan musik dan nyanyian adalah menyembah Tuhan; homili yang baik menuju ke penyembahan. Memang seorang imam pada saat berkotbah itu mengajar dan sekaligus meneguhkan iman umat, namun terutama dia ingin memuliakan Tuhan. Persekutuan kita sebenarnya adalah penyembahan. Kita ingin menciptakan suasana yang akrab dan ramah, tetapi tujuan utama persekutuan kita di dalam Perayaan Ekaristi ialah menyembah Pencipta dan Juruselamat kita, yang telah memberikan Dirinya dalam wujud Roti dan Anggur.

Bila suatu saat muncul lagi perasaan itu, “malas ke gereja,” berhentilah dan sadarilah apakah yang kamu sebenarnya akan kehilangan. Yakinkah kamu tidak mau menyembah dan menyambut Yesus, Tuhan dan Juruselamat kamu? (Romo Noel SDB)